Minggu, 06 Desember 2009

Fakta Sebenarnya Dibalik Isu Pemanasan Global

Bumi semakin panas, mereka menyebutnya Pemanasan Global dan mulai menyalahkan manusia sebagai penyebab dari rusaknya tatanan iklim dunia. Jauh dibalik itu semua, semua konspirasi tingkat tinggi sedang berlangsung, Amerika tidak menandatangani protokol Kyoto, negara-negara lain langsung bangkit untuk mengecam. Inilah Fakta Sebenanarnya Dibalik Isu Pemanasan Global.

Sekilas Tentang Protokol Kyoto
Segera setelah Konvensi Kerangka Kerjasama Persatuan Bangsa-bangsa mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC-United Nations Framework Convention on Climate Change) disetujui pada KTT Bumi (Earth Summit) tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil, negara-negara peserta konvensi mulai melakukan negosiasi-negosiasi untuk membentuk suatu aturan yang lebih detil dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (selanjutnya disebut GRK).

Pada saat pertemuan otoritas tertinggi tahunan dalam UNFCCC ke-3 (Conference of Parties 3 - COP) diadakan di Kyoto, Jepang, sebuah perangkat peraturan yang bernama Protokol Kyoto diadopsi sebagai pendekatan untuk mengurangi emisi GRK. Kepentingan protokol tersebut adalah mengatur pengurangan emisi GRK dari semua negara-negara yang meratifikasi. Protokol Kyoto ditetapkan tanggal 12 Desember 1997, kurang lebih 3 tahun setelah Konvensi Perubahan Iklim mulai menegosiasikan bagaimana negara-negara peratifikasi konvensi harus mulai menurunkan emisi GRK mereka.

Sepanjang COP 1 dan COP 2 hampir tidak ada kesepakatan yang berarti dalam upaya penurunan emisi GRK. COP 3 dapat dipastikan adalah ajang perjuangan negosiasi antara negara-negara ANNEX I (negara-negara berkembang) yang lebih dulu mengemisikan GRK sejak revolusi industri dengan negara-negara berkembang yang rentan terhadap perubahan iklim. Negara-negara maju memiliki kepentingan bahwa pembangunan di negara mereka tidak dapat lepas dari konsumsi energi dari sektor kelistrikan, transportasi, dan industri. Untuk mengakomodasikan kepentingan antara kedua pihak tersebut Protokol Kyoto adalah satu-satunya kesepakatan internasional untuk berkomitmen dalam mengurangi emisi GRK yang mengatur soal pengurangan emisi tersebut dengan lebih tegas dan terikat secara hukum (legally binding).

Dalam Protokol Kyoto disepakati bahwa seluruh negara ANNEX I wajib menurunkan emisi GRK mereka rata-rata sebesar 5.2% dari tingkat emisi tersebut di tahun 1990. Tahun 1990 ditetapkan dalam Protokol Kyoto sebagai acuan dasar (baseline) untuk menghitung tingkat emisi GRK. Bagi negara NON ANNEX I Protokol Kyoto tidak mewajibkan penurunan emisi GRK, tetapi mekanisme partisipasi untuk penurunan emisi tersebut terdapat di dalamnya, prinsip tersebut dikenal dengan istilah "tanggung jawab bersama dengan porsi yang berbeda" (common but differentiated responsbility). Protokol Kyoto mengatur semua ketentuan tersebut selama periode komitmen pertama yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2012.

Beberapa mekanisme dalam Protokol Kyoto yang mengatur masalah pengurangan emisi GRK, seperti dijelaskan di bawah ini:

    * 1. Joint Implementation (JI), mekanisme yang memungkinkan negara-negara maju untuk membangun proyek bersama yang dapat menghasilkan kredit penurunan atau penyerapan emisi GRK.

    * 2. Emission Trading (ET), mekanisme yang memungkinkan sebuah negara maju untuk menjual kredit penurunan emisi GRK kepada negara maju lainnya. ET dapat dimungkinkan ketika negara maju yang menjual kredit penurunan emisi GRK memiliki kredit penurunan emisi GRK melebihi target negaranya.

    * 3. Clean Development Mechanism (CDM), mekanisme yang memungkinkan negara non-ANNEX I (negara-negara berkembang) untuk berperan aktif membantu penurunan emisi GRK melalui proyek yang diimplementasikan oleh sebuah negara maju. Nantinya kredit penurunan emisi GRK yang dihasilkan dari proyek tersebut dapat dimiliki oleh negara maju tersebut. CDM juga bertujuan agar negara berkembang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan, selain itu CDM adalah satu-satunya mekanisme di mana negara berkembang dapat berpartisipasi dalam Protokol Kyoto.

Bagi negara-negara ANNEX I mekanisme-mekanisme di atas adalah perwujudan dari prinsip mekanisme fleksibel (flexibility mechanism). Mekanisme fleksibel memungkinkan negara-negara ANNEX I mencapai target penurunan emisi mereka dengan 3 mekanisme tersebut di atas.

Ada dua syarat utama agar Protokol Kyoto berkekuatan hukum, yang pertama adalah sekurang-kurangnya protokol harus diratifikasi oleh 55 negara peratifikasi Konvensi Perubahan Iklim, dan yang kedua adalah jumlah emisi total dari negara-negara ANNEX I peratifikasi protokol minimal 55% dari total emisi mereka di tahun 1990. Pada tanggal 23 Mei 2002, Islandia menandatangani protokol tersebut yang berarti syarat pertama telah dipenuhi. Kemudian pada tanggal 18 November 2004 Rusia akhirnya meratifikasi Protokol Kyoto dan menandai jumlah emisi total dari negara ANNEX I sebesar 61.79%, ini berarti semua syarat telah dipenuhi dan Protokol Kyoto akhirnya berkekuatan hukum 90 hari setelah ratifikasi Rusia, yaitu pada tanggal 16 Februari 2005.

Dibalik semua itu satu hal yang membuat dunia gelisah yaitu, Amerika Serikat, Jepang dan Kanada dan beberapa negara Eropa lainnya menolak untuk menandatangani protokol tersebut!

Hal ini langsung membuat munculnya berbagai kecaman dari berbagai pihak yang menuduh Amerika Serikat terlalu egois dengan industrinya bahkan dari masyarakat Amerika itu sendiri (silahkan ingat-ingat kembali sudah berapa kali aksi bugil yang menyuarakan penyelamatan lingkungan yang dimuat di surat kabar). Hal inilah yang kemudian membuat saya penasaran. Suatu negara besar seperti Amerika tidak akan main-main dengan kesepakatan antar negara apalagi jika mencakup kepentingan banyak negara bahkan kelangsungan bumi.

Google pun menjawab, ternyata para ilmuwan kelas atas Amerika mempunyai hasil penelitian sendiri yang menentang habis-habisan interpretasi ilmuwan amatiran lainnya. Inilah yang akan saya jelaskan kepada Anda. Suatu Konspirasi tingkat dunia sedang terjadi, dan percaya atau tidak, KITA SEDANG DIBODOHI!

Al Gore dengan Film Briliannya

Al Gore
Mungkin di Indonesia nama ini kurang santer, tapi di Amerika dia adalah pria ‘brilian’ yang merilis film dokumentasi yang berjudul An Inconvenient Truth. Al Gore adalah pria yang menerima penghargaan Oscar atas film dokumentasi yang dibuatnya. Dia adalah pria pemimpin gerakan isu pemanasan global di dunia barat yang menyuarakan bahwa manusia telah menjadi tokoh utama dibalik pemanasan global.
Sejak beredarnya mahakarya dari si Al Gore ini, mata dunia seakan ‘terbuka’. Manusia merasa menjadi aktor dibalik hilangnya bongkahan-bongkahan es di kutub, dan pemeran utama dibalik bencana-bencana alam yang timbul. Semua orang yang menyaksikan bagaimana piawainya Al Gore mendokumentasikan bagaimana longsornya bongkahan-bongkahan es akan mengatakan, “ternyata manusia yang menghancurkan alam..”
Di film itu hanya menunjukkan bagaimana gunung-gunung es itu mulai runtuh, lalu diberikan gambaran bagaimana asap-asap rumah industri dan pengaruhnya terhadap mencairnya gunung es itu kemudian bagaimana hubungannya dengan bencana alam lainnya.
INILAH OMONG KOSONG BRILIAN YANG BERHASIL MEMPERDAYA BANYAK ORANG!


Sampul film dari An Inconvenient Truth
Orang awam yang menyaksikannya pasti akan menarik kesimpulan dengan mudah, tapi ternyata para ilmuwan ahli banyak menemukan celah terhadap karya Al Gore itu sendiri.
Contoh kebohongan dari film Gore adalah klaim bahwa Pemanasan global akan menaikkan permukaan laut setinggi 20 kaki (6,09 meter), padahal sebenarnya hanyalah 23 Inci (58,42 cm). Ia juga mengklaim bahwa beruang kutub sedang berada dalam bahaya. Padahal tidak demikian sebenarnya.
Di sisi lain film itu juga menjelaskan bagaimana gleyser-gleyser yang mulai berkurang, namun dia tidak menunjukkan gleyser lain yang justru sedang bertambah. Al Gore menyebutkan dalam filmnya bahwa gleyser di gunung Kilimanjaro sudah berkurang akibat pemanasan global, tapi dia tidak menjelaskan bahwa gleyser di gunung Kilimanjaro sudah berkurang sejak tahun 1980-an dimana kadar gas CO2 di bumi belum meningkat.
Al Gore juga dalam filmnya menjelaskan bahwa kadar CO2 di atmosfer telah meningkatkan suhu bumi. Tapi satu tahun sebelum filmnya dirilis, ternyata Journal Science telah berhasil membuktikkan bahwa peningkatan suhu bumilah yang memicu peningkatan kadar karbondioksida di atmosfer.
Suatu bantahan keras yang memalukan bagi Al gore bahkan tampil dari BBC News yang berhasil menemukan bahwa salah satu cuplikan dari film itu adalah potongan dari film “The Day After Tomorrow”.
Satu hal yang kita perlu syukuri adalah Al Gore bukan orang Indonesia sehingga dia tidak perlu capek-capek menjelaskan pengaruh karbon dioksida dengan krisis listrik yang menyebabkan PLN sering melakukan pemadaman bergilir.

Manipulasi Data Pemanasan Global Berhasil Diungkap
Pada tanggal 19 November 2009 kemarin, beberapa surat kabar luar negeri mengumumkan bahwa seorang hacker telah berhasil mencuri 160 megabytes data dan kumpulan email dari server Climate Research Unit (CRU) di Universitas East Anglia (UEA) di Inggris. Email itu berisi percakapan antara para peneliti utama di tempat itu sejak tahun 1997 hingga sekarang, dan dari data yang berhasil dicuri menjelaskan, bahwa telah terjadi manipulasi data pemanansan global.
Jika anda banyak mengikuti sosialisasi pemanasan global seperti saya xD, kemudian biasanya didatangkan bule sebagai salah satu pembicara, maka pasti CRU dan UEA tidak akan asing lagi ditelinga anda. Saya teringat waktu penyuluhan mengenai Global Warming sewaktu acara Bina Rohani di kampus dulu, sewaktu itu si bule bikin takut dulu dengan menunjukkan bagaimana hewan-hewan telah mulai punah, lalu bagaimana es-es di antartik mulai terjadi longsor demi longsor lalu kemudian dia mulai memaparkan bagaimana data dari CRU yang selama ini mencatat iklim dunia. Dua nama itu adalah nama yang sering kali dipakai para pembawa materi pemanasan global yang selalu mengatakan bahwa “merujuk dari data penelitian di CRU..di UEA.. bla bla bla..”
Nama itu adalah nama yang selalu dijual dalam praktek pembodohan masyarakat mengenai pemanasan global. Manipulasi data yang terjadi dalam badan CRU itu sendiri pastilah akan menjadi tamparan keras bagi para penganut paham ‘pemanasan global itu ulah manusia’.
Ketika anda mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di CRU itu sendiri, maka saya rasa anda akan sepakat dengan saya bahwa isu pemanasan global adalah interpretasi ilmuwan modern dengan skandal kelas dunia dibaliknya.

Nah! Kita akan langsung membahas mengenai si hacker yang berhasil mencuri kenyataan yang sebenarnya dibalik skandal terbesar dalam sejarah sains modern.
Ia menyebut dirinya “FOIA”. Dia memuat semua email-email yang dibobol dari CRU di internet.
Dalam email tersebut ditemukan fakta bahwa para ilmuwan dari CRU telah sepakat untuk menutupi data valid yang sebenarnya mengenai isu pemanasan global. CRU juga telah mengakui jika isi email yang sekarang ini banyak beredar di media massa memang berasal dari server mereka.
Dalam salah satu percakapannya, Prof Jones mengusulkan kepada Prof. Mann untuk melakukan "trik" dengan mengubah data iklim di setiap seri untuk menyembunyikan adanya penurunan temperatur global.

"Saya baru saja menyelesaikan trik untuk menambahkan data baru di data yang sebenarnya dari setiap seri dalam 20 tahun terakhir dan dari tahun 1961 untuk menyembunyikan penurunan (temperatur)."

Setelah skandal ini terbongkar, Prof Mann menjelaskan kepada New York Times bahwa para ilmuwan biasa menggunakan kata "trik" untuk merujuk kepada cara terbaik menyelesaikan sebuah masalah dan tidak berarti sesuatu yang rahasia (masuk akalkah??).
Dalam email yang lain, Prof Jones juga mengatakan bahwa ia lebih baik menghapus data-data yang tidak sesuai dengan klaim mereka daripada mengirim data tersebut ke peneliti lain. Prof Jones juga mendorong Prof Mann untuk melakukan hal yang sama.

Pada tahun 2009 ini, CRU mendapat banyak kritikan karena menolak untuk merilis data yang digunakan untuk membuat laporan sejarah temperatur permukaan bumi. Permintaan dari peneliti dan ilmuwan lainnya selalu ditolak dan dalam beberapa kasus, pembuat laporan itu mengakui kalau data original yang digunakan sudah hilang.

Email di atas sepertinya mengkonfirmasi semuanya.
Selain percakapan yang terjadi antara dua profesor tersebut, email lain yang berhasil dibobol adalah email yang berasal dari Tim Osborn, salah seorang profesor lainnya di CRU. Dalam emailnya, Prof Osborn mendiskusikan dengan rekannya mengenai cara memotong data untuk menyembunyikan penurunan suhu iklim global.

Lalu dalam email lainnya, Prof Mann meminta Prof Osborn agar tidak memforward data yang dikirimnya ke orang lain karena data itu membenarkan teori para peneliti global warming anti Al Gore.

Bukan itu saja, salah satu email juga berisi komentar mengenai kematian John L Daly, seorang peneliti penentang Al Gore. Komentar itu berbunyi, "Dalam cara yang aneh, sebenarnya berita ini adalah berita yang menggembirakan." Yang seakan mereka senang kehilangan seorang penentang keras.

Dengan adanya perkembangan terbaru ini, Senator James Inhofe yang terkenal anti pemanasan global versi Al Gore juga telah menuntut kongres Amerika untuk menyelidiki Pennsylvania State University dan beberapa universitas lain yang diketahui terlibat dalam pemalsuan data ini.

Sebelumnya, tidak lama setelah ramalan mengenai mencairnya es di Himalaya dirilis oleh IPCC, pemerintah India lewat kementerian lingkungan hidup telah merilis sebuah pernyataan yang menginginkan penelitian yang independen atas kondisi salju di Himalaya. Perlu diketahui bahwa data yang digunakan pemerintah India saat ini adalah data yang berasal dari para peneliti barat. Bayangkan gunung sendiri yang memiliki data dari ilmuwan negara lain.

Mengingat besarnya jumlah email yang berhasil dibobol, maka isi email tersebut akan diperiksa lebih lanjut oleh para peneliti lainnya untuk menemukan bukti kebohongan lainnya. Jika ditemukan bukti adanya konspirasi tingkat tinggi, maka kasus ini tentu saja benar-benar akan menjadi skandal sains terbesar di dunia.

Seorang Ilmuwan Mengaku Tidak Ada Bukti Pemanasan Global


Prof. Mojib Latif
Seorang ilmuwan yang selama ini pro isu pemanasan global versi Al Gore mengaku jika sebenarnya tidak ada bukti kompleks yang bisa menjelaskan bahwa pemanasan global memang benar-benar terjadi. Ironisnya jika biasanya para ilmuwan sekaliber dunia tiba-tiba berubah haluan selalu mendapatkan perhatian publik, maka hal ini tidak berlaku dengan Prof. Mojib Latif yang berasal dari Jerman.
Prof. Latif adalah seorang ilmuwan dari Leibniz Institute of Marine Sciences di Jerman. Ia adalah seorang pendukung utama teori yang mengatakan bahwa emisi rumah kaca yang dihasilkan manusia telah menyebabkan peningkatan suhu global di bumi. Ia turut serta dalam menciptakan model iklim yang menjadi patokan bagi banyak peneliti di dunia. Ia juga pernah menerima beberapa penghargaan dalam studi mengenai iklim dan ia adalah seorang peneliti utama di IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), sebuah badan milik PBB yang pada tahun 2007 menerima nobel perdamaian bersama Al Gore.

Jadi, kita sedang berbicara dengan seorang pakar dan pemimpin utama dalam gerakan global warming-nya Al Gore.

Nah, kejutannya datang tanpa disangka. Pada konferensi itu yang sering membahas apa yang disebut "Scientific Consensus" mengenai Pemanasan Global yang diakibatkan perbuatan manusia, Latif mengakui bahwa Bumi ini ternyata tidak mengalami pemanasan selama hampir satu dekade. Menurutnya, sepertinya kita akan memasuki masa "Satu atau dua dekade dimana suhu bumi akan mendingin".

Teori pemanasan global Al Gore menyebutkan bahwa samudera Atlantik dan Pasifik akan menyerap suhu panas yang terkurung di bumi yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah karbondioksida yang dihasilkan oleh manusia. Penyerapan ini akan menyebabkan atmosfer dan daratan menjadi panas.

Namun, Prof Latif menyatakan dengan jelas bahwa Atlantik utara malah menjadi dingin. Dan mungkin akan terus mendingin hingga 20 tahun yang akan datang. Ini jelas bertentangan dengan pandangannya sebelumnya yang menyatakan bahwa bumi akan memasuki suhu mematikan pada tahun 2100.

Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
Suhu bumi kita sebenarnya hanya berubah sekitar 1 derajat fahrenheit dalam satu abad terakhir jika matahari tetap stabil dengan suhunya. Salah satu juri dari American Association for The Advancement of Science Awards, Steven Milloy, mengatakan bahwa pemanasan global adalah “ibu dari segala ilmu pengetahuan sampah”. Dia pun berhasil membuktikan bagaimana pemanasan global telah terjadi tanpa adanya campur tangan manusia. Dia juga menambahkan bahwa Protokol Kyoto adalah lelucon.

Di Rusia dilakukan suatu penelitian dan didapatkan hasil bahwa sebenarnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berada pada level sekitar 370 PPM (Parts per Million), dan jika Protokol Kyoto diikuti dengan benar, maka hanya akan merubah sekitar 1 sampai 2 PPM saja di tahun 2012. bukankah ini menandakan Protokol Kyoto itu sia-sia?

Yang menyebabkan bumi kita saat ini semakin panas adalah apa yang disebut oleh para ilmuwan sebagai ‘badai matahari’. Matahari telah memasuki siklus ‘kembali memanasnya’ yang telah diklaim para ilmuwan sebagai faktor yang telah menyebabkan bumi telah beberapa kali memasuki zaman es. Anda juga pasti akan terkejut dengan fakta yang mengatakan bahwa bukan hanya bumi kita yang sedang mengalami pemanasan, tetapi sama halnya dengan yang terjadi di bumi, bongkahan-bongkahan es di kutub planet Mars juga mulai mencair. Dengan kata lain, manusia bukanlah aktor utama dibalik pemanasan global. Jika ada yang ingin anda persalahkan mengenai isu pemanasan global, persalahkanlah matahari yang semakin memanas sehingga menyebabkan Galactic Warming (pemanasan galaksi) bukan Global Warming (pemanasan dunia).
Silahkan main-main dengan Google mengenai isu ‘global warming not true’, maka anda akan menemukan banyak sekali dukungan dari para ilmuwan-ilmuwan hebat dunia. Ilmuwan rendahan biasanya hanya akan mengambil sampel dalam satu sampai empat dekade terakhir, ilmuwan HEBAT adalah ilmuwan yang tidak pernah takut bosan, mereka mengambil sampel iklim selalu sejak ribuan bahkan jutaan tahun lalu, kemudian bukan hanya buminya yang diteliti, tetapi bagaimana interaksi planet lain terhadap bumi dan sebagainya, dan mereka selalu sampai pada kesimpulan bahwa GLOBAL WARMING ADALAH IBU DARI ILMU PENGETAHUAN SAMPAH!!


source:
duaberita.com, newsscientist.com, washingtontimes.com, foxnews.com, telegraph.co.uk, telegraph.co.uk, timesofindia.indiatimes.com, nytimes.com, nationalgeographic.com

13 komentar:

  1. jdi mnurut anda, skrang kta bsa melakukan apa sja yg biasa kta lakukan sblumnya. dlm hal ini tntunya yg sya mksud yg ad hubungannya dgn penggunaan energi yg mkin hri mkin meningkat? bkankah lbih baik jka sdari skrang kta mmelihara bumi yg trcinta ini. mskipun dri fakta2 yg anda berikan (meskipun ga ad link langsung yg bsa kta bka bt mengetahui kabsahan fakta2 yg anda brikan) mengindiskasikan bhwa sma skali ga ad yg nmanya global warming...??

    BalasHapus
  2. Sampah atau tidak yang jelas rencanaku untuk membeli baju tipis dan dingin kayaknya salah untuk tahun2 ke depan. Apakah ada yang tau toko di indo yang jual baju hangat? hehehe

    BalasHapus
  3. entah benar entah salah, tak ada salahnya kita untuk lebih bersahabat dengan alam, perlu diingat bos, negara2 maju sudah keterlaluan dengan merusak alam, dan negara2 miskinlah yang dituntut untuk menanam hutannya sebagai paru2 dunia, ini fakta bos

    BalasHapus
  4. @oka: saya tidak menyimpulkan bahwa semua orang dapat kembali dengan kebiasaannya membiarkan lampu taman tetap menyala pada siang hari.. Saya hanya menyimpulkan bahwa apa yang selama ini kita ketahui tentang Global Warming itu hanyalah hasil interpretasi ilmuwan dari dunia barat.. Mengenai masalah hemat energi, itu kembali pada kita sekalian bagaimana menyikapinya, yang jelas pengetahuan saya tentang global warming ini tidak merubah sedikitpun pemahaman saya bahwa, "bumi adalah warisan untuk anak cucu, bukan peninggalan para leluhur kita"..

    BalasHapus
  5. Fakta bahwa global warming emang ada..

    Jika anda pernah belajar di bidang ini saya pikir anda akan paham..

    BalasHapus
  6. yep, smua itu hanyalah konspirasi and aku seneng baca artikel tentang ginian.. ilmuwan bagaimanapun tetaplah seorang manusia biasa, yg cuma bisa mencari kepastian dan berandai-andai, dan cm Tuhan lah yg tau smua ini.. tp whatever lah, bener kata mas Ben.. bukannya kita harus kmbali ke amsa dulu dg boros menghabiskan energi, tp tetap harus menjaga, and reserve it buat anak cucu kita.. emang anda smua gak pngin kawin dan pnya anak ??? haha.. gak nyambung dah ~

    BalasHapus
  7. @wong cilik: saya tidak akan mendebat keyakinan anda, itu semua kembali pada anda.. saya hanya memberikan bukti bagaimana kemungkinan global warming itu dipalsukan.. jangan tanya saya pernah mempelajari ini, ok lah jika anda bilang anda pernah mempelajari ini dan mengatakan bahwa global warming itu memang ada, tapi anda bukanlah orang pertama yang mengaku demikian, akrablah dengan Google, ada ribuan ilmuwan dan profesor yang gelarnya seabrek dengan kesimpulan yang sama dengan anda yang saya temukan.. saya berani bertaruh jika pemahaman anda selama ini hanya mengatakan bahwa global warming baru terjadi sekarang ini..

    @tjappLien: hahaha.. saya juga masih ingin punya anak..

    BalasHapus
  8. mau seabrek ilmuwan menolak teori global warning,tetep aja kita harus pelihara bumi ini dan menghemat segala sumber dayanya.justru dengan isu global warming setidaknya makin banyak masyarakat semakin peduli dengan lingkungan.saya sih dukung 2000% isu global warning (walaupun palsu) biar bumi kita makin hijau.

    BalasHapus
  9. @anonim: peduli lingkungan juga saya dukung sob.. bukankah dari semua yang mengungkap fakta dibalik isu pemanasan global tidak ada yang mengatakan jika tidak ingin memelihara lingkungan..

    BalasHapus
  10. saya jadi teringat dengan buku berjudul The Secret.
    yang pesen intinya kurang lebih mengajarkan.. "jangan mengundang keburukan dengan terus memikirkan keburukan2 tersebut.."

    mungkin, fakta2 akan global warming memang ada. bahkan mungkin sudah lama, tapi semua orang hidup dengan nyaman dan seolah tidak ada perubahan yang begitu berarti, tapi kenapa baru2 kembali muncul dan semua orang seperti merasakan langsung dampaknya.

    saya setuju, bahwa setiap dari kita perlu untuk menjaga lingkungan agar bumi menjadi lebih baik. tapi saya gak setuju, jika kita terlalu meresapi global warming tapi tidak melakukan tidakan untuk pencegahan / perbaikan terhadap itu.

    BalasHapus
  11. lalu kira2 apa ya tujuan di balik isu pemanasan global ini?? apa ada unsur2 politik gitu

    BalasHapus
  12. bantahan terhadap isu pemanasan global telah dibuktikan oleh para ilmuwan yang beretika. namun memang sediit banyaknya alam ini rusak akibat ulah manusia itu sendiri terlebih kebohongan besar yang dilakukan oleh ilmuwan yang mengaklim dirinya sebagai 'kaum intelektual' namun tidak bermartabat.

    BalasHapus
  13. Maaf, yang benar protokol tokyo atau protokol kyoto yah?
    paragraf pertama disebut protokol tokyo lalu paragraf ketiga dan seterusnya berubah jadi kyoto lalu pada bagian akhir kembali ke protokol tokyo. yang benar yang mana ya?

    BalasHapus